Jumat, 07 April 2017

PERGURUAN KUNTAU JASA DATU KANDANGAN-KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

PERGURUAN KUNTAU JASA DATU
KANDANGAN-KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN






Kuntau adalah seni olahraga bela diri khas melayu yang saat ini masih bisa ditemukan di daerah Kalimantan Selatan.  Kuntau merupakan seni bela diri warisan orang tua (orang bahari). Kebiasaan belajar Kuntau (main kuntau) dilakukan masyarakat biasanya pada malam hari di tempat yang di sebut dengan Gelanggang dan diiringi dengan alat musik babun, gong serta serunai yang merupakan ciri khas dari tradisi main kuntau beberapa waktu terakhir ini (sebelumnya tanpa iringan musik).
Kuntau sendiri juga sama dengan seni bela diri yang lain juga memiliki jurus yang harus dikuasai selama belajar, namun jurus di sini di sebut dengan “BUNGA”, dan biasanya diistilahkan dengan “MAMBAWA BUNGA” artinya satu peragaan jurus yang di tampilkan oleh seseorang.
Setelah seseorang belajar jurus “BUNGA” dilanjutkan dengan belajar “PATIKAMAN” artinya jurus rahasia yang di ajarkan mengenai titik-titik lemah bagi seseorang,dan ini di ajarkan secara rahasia artinya di antara sekian banyak yang belajar di pilih oleh guru orang-orang yang dapat yang melanjutkan belajar “PATIKAMAN”.
Setelah “PATIKAMAN” maka dilanjutkan dengan belajar yang diistilahkan dengan “PALAPASAN” yaitu cara bagaimana melepaskan serangan orang lain terutama cara melepaskan “PATIKAMAN” itu sendiri, artinya setelah di ajarkan teknik menyerang akan di ajarkan pula teknik untuk melepaskannya.
Yang menarik dari belajar kuntau di kenal istilah “BATAMAT” (selesai) belajar, dalam acara batamat kuntau dibarengi dengan pengujian, biasanya murid yang sudah belajar di uji kemampuannya terhadap apa yang sudah di ajarkan. Biasanya di uji dengan diserang secara mendadak oleh guru tanpa diberitahu terlebih dahulu.
Apabila si murid mampu untuk menangkis serangan-serangan dari guru, maka murid dikatakan “TAMAT” (selesai) belajar kuntau dan dilanjutkan dengan upacara selamatan,  dalam upacara ini biasanya disertai dengan bermacam-macam upacara kecil seperti harus ada “LADING BELATI” (pisau belati), dan “LAKATAN” (nasi ketan). Maksud dari nasi ketan adalah agar ilmu yang sudah dipelajari tetap melekat/ menempel seperti ketan. setelah itu selesailah belajar kuntau dan murid boleh mengajarkannya kembali.
Seperti di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) tepatnya di Kota Kandangan, sebuah Perguruan Kuntau bernama Jasa Datu Saraba Cakap Asam Cangkok Desa Amawang Kanan Kecamatan Kandangan yang masih melestarikan kesenian warisan leluhur tersebut.
Apalagi perguruan kuntau ini mengkolaborasikan seni olahraga bela diri kuntau dengan musik panting, tentunya hal ini menambah khasanah budaya dan daya tarik bagi penonton maupun bagi pemain kuntau itu sendiri.
Menurut Abdul Kadir pada tahun 70-an, saat pertunjukkan kuntau masih belum diiringi dengan musik panting, selain belum terpikirkan kearah sana,  saat itu juga karena orang-orang yang melatih seni bela diri kuntau pada tahun itu tidak menyukai adanya iringan musik.
Adapun definisi kuntau ucap Kadir, yaitu seni olahraga bela diri. “Seni adalah hiburan, olahraga bela diri adalah membela diri.  Kuntau itu 75% seni 25% tanding, jadi berbeda dengan silat, karate, judo, dan lain nya 75% tanding 25% seni,” papar pimpinan perguruan Jasa Datu Saraba Cakap Asam Cangkok Desa Amawang Kanan Kecamatan Kandangan.
Namun tambah Kadir, tujuannya sama yaitu untuk olahraga bela diri.  Dengan bertambahnya alunan musik pada pertunjukkan kuntau, olahraga seni bela diri kuntau akhirnya banyak dipentaskan dalam berbagai acara seperti perkawinan, penyambutan gubernur dan lain sebagainya.

 Ilustasi Gambar dan Gerakan Kuntau : Aulia Rahman (Cucu Abdul Kadir)

Sejarah Perguruan Jasa Datu Jasa Datu Kandangan-Kabupaten Hulu Sungai Selatan, ini dimulai dengan nama “JASA DATU” yang kepanjangannya dari nama-nama guru kuntau yang dahulu yaitu Jali (Ja), Salum (Sa), Dali (Da), dan Tutung (Tu),” terang Kadir.
Kemudian guru kuntau yang bernama Guru Tutung menurunkan ilmu kuntau kepada murid beliau yang bernama H. Abdussalam, Basran, Ilmi, Awat Samatra dan lainnya yang kini sudah berumur 70 tahun ke atas, namun maih aktif mengajarkan ilmu kuntau  sampai sekarang.
Menurutnya, perguruan kuntau yang masih menurunkan ilmu kuntau dan masih aktif di daerah Kandangan dan sekitarnya ada 9 perguruan, antara lain Perguruan Kuntau Jasa Datu Saraba Cakap Asam Cangkok-Amawang Kanan dipimpin oleh Abdul Kadir, Perguruan Kuntau Jasa Datu Baluti dipimpin oleh H. Nasrum, Perguruan Kuntau Jasa Datu Jambu Hulu dipimpin oleh Rudin, Perguruan Kuntau Jasa Datu Purbayaksa Muara Banta dipimpin oleh Jali, Perguruan Kuntau Jasa Datu Jambu Karikil dipimpin oleh Tani, Perguruan Kuntau Jasa Datu Telaga Mas Telaga Bidadari dipimpin oleh Mahdini, Perguruan Kuntau Jasa Datu Singa Mas dipimpin oleh Asmuni dan Abdul Khalik, Perguruan Kuntau Singa Jaya Amparaya dipimpin oleh Mulyadi dan Perguruan Kuntau Elang Putih Kapuh dipimpin oleh Ilham.


Perguruan Perguruan Kuntau Jasa Datu Saraba Cakap Asam Cangkok berada di Desa Amawang Kanan Kecamatan Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Untuk latihan biasanya dilakukan di tempat latihan yang biasa mereka sebut gelanggang yang berada disamping rumah Abdul Kadir pimpinan perguruan tersebut, ungkap Abdul Kadir.
Masa jaya Perguruan Kuntau yang berada di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang tepat nya berada di Kota Kandangan itu menurutnya terjadi pada tahun 70-an.
Kesenian Kuntau yang dulu dan sekarang itu berbeda versi, bedanya adalah dulu olahraga seni bela diri kuntau itu benar-benar tanding (tidak memakai humor) karena yang dulu tidak menyukai musik yang di campur adukan dengan bela diri kuntau yang menyebabkan terjadi perkelahian, tetapi kuntau yang sekarang adalah olahraga seni bela diri yang mempunyai versi seni dan hiburan yang digabung dengan musik dan lebih mencakup humor, yang di definisikan ada 60% serius dan 40% humor jadi tidak ada lagi yang mengakibatkan perkelahian diantara pemain,” ucapnya.


Ilustasi Gambar dan Gerakan Alat Musik : Mahdini/ Gong dan Abdul Kadir/ Babun

Adapun masa redupnya olahraga seni bela diri kuntau ini tambahnya, terjadi pada tahun 2000-an. “Bukan berarti hilang tetapi masih ada, namun perkembangannya kurang sehingga mendapat penurunan minat dari masyarakat sekitar,” ungkapnya.
Namun, setelah diadakannya Festival Kuntau tingkat Kabupaten yang bertemakan “BUNGA BERKEMBANG” tahun 2010-2011 yang menjadikan seni bela diri kuntau itu kembali banyak dilihat orang, dan peminat olahraga kuntau kembali bermunculan.
Olahraga seni beladiri Kuntau itu bagusnya kalau bisa dimulai saat umur 8-9 tahun atau kelas 3 SD. Saat ini perguruan kami yang meminati olahraga seni bela diri kuntau mayoritas dari kalangan anak-anak ataupun pelajar,” terang Abdul Kadir.
Siapapun lanjut Abdul Kadir,  boleh belajar olahraga seni kuntau di Perguruan Kuntau Jasa Datu Saraba Cakap. Karena diperguruan yang ia pimpin ucapnya, bertujuan sebagai tempat penyaluran bakat bagi semua orang. 
Adapun guru-guru yang masih mengajarkan seni bela diri Kuntau ungkap Abdul Kadir, antara lain guru M.Aini (Unggal) yang berada di Desa Amawang Kanan (Asam Cangkok), guru Mahdini yang berada di Desa Telaga Bidadari, guru H. Nasrum yang berada di Desa Baluti, guru Tani dan Ismail yang berada di Desa Jambu Hulu dan di Jambu Karikil, guru Rili dan Jali  yang berada di Muara banta, Guru Khalik dan Asmuni yang berada di km 4 yang nama perguruannya adalah Singa Mas, Guru Mulyadi dan Ilham  yang berada di Amparaya-Kapuh.




Sumber : http://puracit.blogspot.co.id/2014/07/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

Editor By : reff

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN KINERJA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA AMAWANG KANAN TAHUN 2022

https://drive.google.com/file/d/1Job5OLNXtCnVEr8OTF6KimbObxZN_4Re/view?usp=sharing   By : reff   Laporan Kinerja BPD (docx) https://docs.goo...